Sejarah Berdirinya Sinode Gereja Kristen Kudus Indonesia
Tahun 1985
Pdt. DR. Kerani Ketaren dan istri merespon panggilan Tuhan dari Markus 16 : 16 – 18, untuk melakukan penginjilan, menyembuhkan orang sakit, melepaskan yang terikat oleh kuasa gelap, membebaskan orang yang terbelenggu oleh kuasa iblis, melayani mereka yang stress, depresi, serta putus asa. Beliau merintis pelayanan di Bandung merambah ke berbagai daerah, seiring berkembangnya pelayanan tersebut didirikanlah Yayasan Asih Samaria sebagai payung hukum dengan landasan Firman Tuhan dari Lukas 10 : 33-37 dimana kegiatannya mengadakan Persekutuan Doa Khusus Wanita setiap hari Selasa, Doa Puasa setiap Kamis, dan Hari Jumat mengadalan pelayanan Kesembuhan Ilahi, dibarengi dengan pelayanan pengobatan gratis dibantu oleh beberapa dokter dan suster.
Semakin lama, pelayanan ini semakin meluas dan orang berdatangan bukan hanya dari Bandung dan sekitarnya tetapi berdatangan dari kota-kota lain seperti Cirebon, Cianjur, Medan dan berbagai kota lainnya, rata-rata mereka adalah orang-orang yang terikat kuasa gelap, stress, bahkan ada juga yang sudah benar- benar gila. Pekerjaan Tuhan sungguh luar biasa sehingga sebagian besar dari pasien-pasien yang dibawa menjadi sembuh bahkan pada akhirnya mereka menjadi hamba Tuhan, pendeta, penginjil.
Sementara berjalannya waktu kedua hambaNya diberi ayat dari Yesaya 56:7 dan Matius 21:12-17 yang menyatakan “Rumah-Ku akan disebut Rumah Doa bagi segala bangsa”, Nama Yayasan Asih Samaria berganti nama menjadi Rumah Doa Haleluya. Dari Rumah Doa Haleluya inilah pelayanan berlanjut selain menangani pasien- pasien yang sakit dan terikat kuasa gelap, juga dibentuk tim penginjilan yang bergerak penginjilan ke daerah-daerah minimal tiga kali dalam satu tahun mengadakan KKR juga pelayanan misi penginjilan antara lain ke Sumatra Utara, Toraja, Kalimantan Barat, Flores, Bali, Badui, Jawa tengah, Jawa Timur, Jambi , Cianjur dan kota- kota lainnya.
Tahun 1989
Bapak Kerani Ketaren bertemu dengan Penginjil Senior yang dipakai Tuhan luar biasa pada jaman itu bernama Ev. Colia Sembiring. Bpk. Colia berbagi visi tentang Pembentukan Gereja di Indonesia yang berafiliasi dengan International Pentecostal Holiness Church (IPHC), beraliran Pentakosta yang berpusat di Oklahoma, dari namanya, IPHC terhubung dengan Gerakan Kekudusan (Holiness Movement) abad 19.
Pada saat itu Bapak Colia menyampaikan ini kepada Bpk. Kerani Ketaren karena beliau sendiri tidak memiliki panggilan sebagai gembala tetapi sebagai Penginjil. Hal ini ditentang oleh Ibu Alus Ketaren karena beliau berpikir dengan adanya denominasi gereja justru akan menghalangi kerjasama dengan yang lainnya. Bpk. Ketaren terus menggumuli hal ini dalam doa. Kerjasama dengan Bapak Colia, pun berlanjut dimana beliau mulai memberikan pengajaran di PD. Rumah Doa Haleluya dan banyak orang dilawat, dijamah sampai memberi diri dibaptis. Selanjutnya Bpk Colia Sembiring mengajak Bapak dan Ibu Ketaren mengikuti acara Centre for International Christian Ministries (CICM) yang dilaksanakan di London oleh IPHC dipimpin oleh Rev. James Ebby. Pada saat penutupan ibu Ketaren mendengar suara Tuhan “Kamu penghalang bagi-Ku” beliau menangis dan bertanya “Penghalang dalam hal apa Tuhan, bukankah aku melayani-Mu selama ini” dan Tuhan menjawab “Dalam hal membangun tubuh-Ku yaitu GEREJA” disinilah beliau sadar bahwa selama ini telah menghalangi pendirian gereja, dan akhirnya beliau mohon ampun kepada Tuhan dan menyampaikan hal ini kepada Bapak Ketaren, sehingga sepulangnya mereka dari London hal ini terus digumuli dan dibicarakan dengan beberapa teman sepelayanan. Di PD. Rumah Doa Haleluya sendiri tidak semua orang merespon dengan baik karena terbukti dari begitu banyaknya anggota, namun pada saat ibadah perdana hanya dihadiri oleh 15 orang
Tahun 1990
Berbeda ketika visi membangun gereja ini disampaikan kepada beberapa teman sepelayanan di luar kota Bandung, justru hamba- hamba Tuhan tersebut meresponi dengan baik antara lain : Bapak Premanto Ginting (beserta Tim Pelayanan di Jakarta), Bapak Pdt. Stefanus Seragih (Bukit Doa Tuntungan di Medan), Bapak Yohanes Ginting dan Bapak Bumbunan Sitorus (Pontianak). Dari hasil pembicaraan yang dilakukan akhirnya disepakati untuk mengurus ijin lokal di Bandung, maka menghadaplah tiga orang pengurus Yayasan Asih Samaria yaitu : Bapak Kerani Ketaren, Bapak Drs. S.K Bakara, Bapak Ferdinand Tonnis Kombonglangi ke Notaris Melly Natanael SH tanggal 1 Februari 1990 untuk mengubah Yayasan Asih Samaria menjadi Gereja Kristen Kudus Indonesia. Setelah ijin dari Jawa Barat keluar maka diadakanlah pertemuan untuk pertama kalinya bersama rekan-rekan yang sepakat dari seluruh Indonesia di Pondok Gembala, Lembang dan dibentuk kepengurusan secara nasional dimana
Ketua : Pdt. Kerani Ketaren
Wakil Ketua : Pdt. Premanto Ginting
Sekretaris : Pdt. Tonny Marpaung
Bendahara : Pdt. Gugun Siahaan
Tahun 1991
Selanjutnya didaftarkanlah Gereja Kristen Kudus Indonesia di PEMBIMAS Pusat dan Departemen dalam Negeri dan keluarlah ijin pelayanan Sinode Gereja Kristen Kudus Indonesia secara Nasional pada 5 September 1991. Dan untuk keberlangsungan pelayanan maka disusunlah AD/ART GKKI, Bersama Bpk. Pdt. DR Sehat Ebenhaezer Ginting di Bandung disusunlah AD/ART GKKI serta logo GKKI.
Tahun 1994 : Sidang Sinode ke I
Pertama kalinya diadakan Sidang Sinode di Wisma Maranatha, Ciawi Jawa Barat dan dihadiri ratusan orang dari seluruh gereja lokal GKKI di Indonesia, dan terpilihlah Pdt. Kerani Ketaren sebagai Ketua Sinode Pertama.
Tahun 1998 : Sidang Sinode ke II
Dilaksanakan pada bulan April 1998 di Rudang Hotel, Berastagi Sumatera Utara, Pdt. Kerani Menjadi Ketua Sinode kedua kalinya. Sejak Berdirinya Sinode GKKI terjadi lonjakan pertumbuhan gereja- gereja local di seluruh Indonesia begitu pesat.
Tahun 2002 : Sidang Sinode ke III
Dilaksanakan di Pondok Gembala, Lembang, Jawa Barat tanggal 2-5 April 2002 Bpk. Pdt. Kerani Ketaren masih terpilih sebagai Ketua Sinode
Tahun 2006 : Sidang Sinode ke IV
Satu minggu sebelum Sidang Sinode ke IV dilaksanakan, Pendiri GKKI Bapak Drs Kerani Ketaren pulang ke rumah Bapa di sorga, Sidang Sinode tetap dilaksanakan mengingat sudah dipersiapkan jauh- jauh hari sebelumnya, Pada tanggal 11-14 April 2006 di Hotel Setia, Cipanas, Jawa Barat terpilihlah Bapak Pdt. DR. Sehat Ebenhaezer Ginting. Visi Pendiri untuk penanaman dan pertumbuhan Gereja local 1000x lipat dilanjutkan oleh generasi penerus yang menjalankan roda kepemimpinan GKKI. Sejak GKKI berdiri hingga saat ini ada dua tipe gereja local, yang pertama adalah tipe gereja local yang langsung didirikan/ dirintis oleh Pendeta GKKI dan tim misinya, dan yang kedua adalah tipe gereja local yang menggabungkan diri dengan GKKI karena membutuhkan payung hukum. Kedua tipe gereja ini diberikan otonom untuk membuat strategi pelayanan sesuai dengan kebijakan gereja local masing- masing.
Tahun 2010 : Sidang Sinode ke V
Tongkat estafet di lanjutkan Pdt. DR. Johanes Tarigan. Beliau terpilih di Pulau Bali sebagai ketua sinode GKKI selanjutnya.
Tahun 2015 : Sidang Sinode ke VI
Pada tanggal 7 – 10 April 2015 Di Pulau Batam, Pdt. Ir. Hisar Simangunsong terpillih sebagai Ketua Sinode periode 2015 – 2020
Pada Maret 2020 terjadi Pandemi yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19 Pemerintah melarang masyarakat berkerumun, termasuk kegiatan Sekolah, Ibadah, dll tidak diperbolehkan, maka Sidang Sinode yang seharusnya 5 tahun sekali tidak memungkinkan diselenggarakan di tahun 2020. Dalam Periode ini jugalah GKKI terbagi menjadi 2 bagian. GKKI versi Sidang Sinode Tatap Muka di Sibolangit, Sumut dan GKKI versi Zoom/ Online
Tahun 2021 : Sidang Sinode ke VII
Sidang Sinode ini dilaksanakan pada tanggal 21 – 23 April 2021 di Sibolangit secara tatap muka dengan prokes ketat, terpilih kembali Bpk. Pdt. DR. Johanes Tarigan sebagai ketua Sinode. Kepemimpinan beliau hanya berlangsung sekitar 6 bulan, Beliau mengajukan Surat pengunduran diri tanggal 19 November 2021, Pelaksana tugas sementara dipegang oleh Bpk. Pdt. Ediman Ginting beberapa bulan, untuk mempersiapkan Sidang Sinode Luar Biasa untuk memilih Ketua Sinode yang baru.
Tahun 2022 : Sidang Sinode Luar Biasa
Sidang Sinode Luar Biasa pada tanggal 31 Maret – 1 April 2022 dilaksanakan di Lembang Jawa Barat. Pemilihan ketua sinode dilaksanakan dengan metode yang berbeda dari sebelum- sebelumnya. Dipilih 2 nama calon terbanyak, setelah itu 2 nama tersebut diundi untuk menentukan siapa pemenangnya. Dan atas kehendak Tuhan Bpk. Pdt. Nala Yosuari Ginting SP., MAIE memperoleh suara terbanyak pada saat pemilihan sekaligus pemenang saat diundi muncul koin 1000. Beliau ditahbiskan sebagai Ketua Sinode GKKI periode 2022 – 2026. Khotbah pertama beliau seusai dilantik sebagai ketua sinode terambil dari Matius 12 : 22 – 30 tentang Unity tidak terpecah belah. Visi beliau adalah SATU GKKI menuju 1000 gereja local di seluruh Indonesia.
Keep The Fire Burning –

